4.22.2012

Tokoh Pekalongan, mantan KAPOLRI Hoegeng Imam Santoso


Cobalah kembali membaca goresan sejarah yang kian luntur oleh tetesan waktu ini. Kisah tentang seorang tokoh polisi yang disebut paling jujur di seantero negeri Indonesia. Bahkan seorang Gus Dur menyatakan bahwa polisi jujur di Indonesia hanya ada tiga, yaitu polisi tidur, patung polisi, dan polisi yang bernama Hoegeng Imam Santoso.

Inilah Jenderal ringkih kelahiran 14 Oktober 1921 Pekalongan, Jawa Tengah. Memang di masa kecil tubuhnya gemuk, oleh karena itu dipanggil bogel/bugel/bugeng hingga akhirnya menjadi hugeng, dengan penulisan jaman dulu hoegeng. Ayahnya Sukario Hatmodjo seorang kepala kejaksaan di Pekalongan, bertiga dengan Ating Natadikusumah (kepala polisi), dan Soeprapto (ketua pengadilan).

Beliau adalah tiga sekawan penegak hukum yang jujur dan profesional, suka menolong orang, dan banyak teman. Semua itu membuat Hoegeng terinspirasi dan bercita-cita seperti mereka. Hingga kemudian Hoegeng besar dan berhasil menjadi polisi, beliau pun menjadi seorang yang jujur dan berperilaku baik.

Begitu banyak kisah tauladan beliau yang bisa anda simak . Mulai dari cerita kehidupan sehariannya sampai pada jabatan yang diembannya. Begitu juga kisah pasca pensiun dari jabatan kapolri. Semuanya patut untuk kita renungkan dan tauladani.

Memang semasa menjabat beliau tidak mempedulikan pamrih/gaji, bahkan termasuk polisi yang miskin. Sampai pensiun rumah pun tak dimilikinya. Beliau termasuk polisi yang super jujur dan bahkan terlalu lempang untuk ukuran negeri kita ini. Semua orang kagum akn sikap dan pendirian beliau. Tapi kenapa hanya bisa mengagumi, bukankah kita tentu bisa melakukannya sendiri.

Kekuasaannya bukanlah alat atau jembatan untuk memuaskan nafsu, tapi kekuasaan adalah kendaraan untuk mengantarkan pada tujuan hidupnya mengemban kepercayaan rakyat Indonesia.

Tengah malam tanggal 14 Juli 2004 di usai 82 tahun beliau menghembuskan nafas terakhirnya di RSCM, Jakarta. Dengan meninggalkan pesan untuk dimakamkan di pemakaman biasa. TPU Giritama, Desa Tonjong, Bojong Gede, Bogor, dipilih sebagai tempat peristirahatan terakhir oleh pihak keluarga. Sekitar pukul 14.00 WIB, jenazah Jenderal super jujur itu dikebumikan.

Masa pendidikan dan pekerjaan :

  • HIS pada usia enam tahun (1927).
  • MULO (1934).
  • AMS Westers Klasiek (1937).
  • ilmu hukum di Rechts Hoge School Batavia tahun 1940.
  • masa pendudukan Jepang, latihan kemiliteran Nippon (1942) dan Koto Keisatsu Ka I-Kai (1943).
  • Wakil Kepala Polisi Seksi II Jomblang Semarang (1944).
  • Kepala Polisi Jomblang (1945.
  • Komandan Polisi Tentara Laut Jawa Tengah (1945-1946).
  • Kepala DPKN Kantor Polisi Jawa Timur di Surabaya (1952).
  • Kepala Bagian Reserse Kriminil Kantor Polisi Sumatera Utara (1956).
  • Pendidikan Brimob Tahun 1959.
  • Staf Direktorat II Mabes Kepolisian Negara (1960).
  • Kepala Jawatan Imigrasi (1960-1965).
  • Menteri Iuran Negara (1966-1967).
  • Menteri Sekretaris Kabinet Inti tahun 1966.
  • Deputi Operasi Pangak (1966).
  • Deputi Men/Pangak Urusan Operasi 1966.
  • Kepala Kepolisian Negara 1968 (tahun 1969 menjadi Kapolri).
  • 2 Oktober 1971 dicopot dari jabatan kapolri, dan digantikan oleh Drs. Mohammad Hasan.

Beragam penghargaan yang di terimanya :
  • Bintang Gerilya
  • Bintang Dharma
  • Bintang Bhayangkara I
  • Bintang Kartika Eka Paksi I
  • Bintang Jalasena I
  • Bintang Swa Buana Paksa I
  • Satya Lencana Sapta Marga
  • Satya Lencana Perang Kemerdekaan (I dan II)
  • Satya Lencana Peringatan Kemerdekaan
  • Satya Lencana Prasetya Pancawarsa
  • Satya Lencana Dasa Warsa
  • Satya Lencana GOM I
  • Satya Lencana Yana Utama
  • Satya Lencana Penegak
  • Satya Lencana Ksatria Tamtama.
Simak pula kisah keteladanan beliau di keteladanan si cungkring Hoegeng
Sumber : 

No comments: