Cobalah
kembali membaca goresan sejarah yang kian luntur oleh tetesan waktu
ini. Kisah tentang seorang tokoh polisi yang disebut paling jujur di
seantero negeri Indonesia. Bahkan seorang Gus Dur menyatakan bahwa
polisi jujur di Indonesia hanya ada tiga, yaitu polisi tidur,
patung polisi, dan polisi yang
bernama Hoegeng Imam Santoso.
Inilah
Jenderal ringkih kelahiran 14 Oktober 1921 Pekalongan, Jawa
Tengah. Memang di masa kecil tubuhnya gemuk, oleh karena itu
dipanggil bogel/bugel/bugeng hingga akhirnya menjadi hugeng, dengan
penulisan jaman dulu hoegeng. Ayahnya Sukario Hatmodjo seorang kepala
kejaksaan di Pekalongan, bertiga dengan Ating Natadikusumah (kepala
polisi), dan Soeprapto (ketua pengadilan).
Beliau
adalah tiga sekawan penegak hukum yang jujur dan profesional, suka
menolong orang, dan banyak teman. Semua itu membuat Hoegeng
terinspirasi dan bercita-cita seperti mereka. Hingga kemudian Hoegeng
besar dan berhasil menjadi polisi, beliau pun menjadi seorang yang
jujur dan berperilaku baik.
Begitu banyak
kisah tauladan beliau yang bisa anda simak . Mulai dari cerita
kehidupan sehariannya sampai pada jabatan yang diembannya. Begitu
juga kisah pasca pensiun dari jabatan kapolri. Semuanya patut untuk
kita renungkan dan tauladani.
Memang
semasa menjabat beliau tidak mempedulikan pamrih/gaji, bahkan
termasuk polisi yang miskin. Sampai pensiun rumah pun tak
dimilikinya. Beliau termasuk polisi yang super jujur dan bahkan
terlalu lempang untuk ukuran negeri kita ini. Semua orang kagum akn
sikap dan pendirian beliau. Tapi kenapa hanya bisa mengagumi,
bukankah kita tentu bisa melakukannya sendiri.
Kekuasaannya
bukanlah alat atau jembatan untuk memuaskan nafsu, tapi kekuasaan
adalah kendaraan untuk mengantarkan pada tujuan hidupnya mengemban
kepercayaan rakyat Indonesia.
Tengah
malam tanggal 14 Juli 2004 di usai 82 tahun beliau menghembuskan
nafas terakhirnya di RSCM, Jakarta. Dengan meninggalkan pesan untuk
dimakamkan di pemakaman biasa. TPU Giritama, Desa Tonjong, Bojong
Gede, Bogor, dipilih sebagai tempat peristirahatan terakhir oleh
pihak keluarga. Sekitar pukul 14.00 WIB, jenazah Jenderal super jujur itu
dikebumikan.
Masa
pendidikan dan pekerjaan :
- HIS pada usia enam tahun (1927).
- MULO (1934).
- AMS Westers Klasiek (1937).
- ilmu hukum di Rechts Hoge School Batavia tahun 1940.
- masa pendudukan Jepang, latihan kemiliteran Nippon (1942) dan Koto Keisatsu Ka I-Kai (1943).
- Wakil Kepala Polisi Seksi II Jomblang Semarang (1944).
- Kepala Polisi Jomblang (1945.
- Komandan Polisi Tentara Laut Jawa Tengah (1945-1946).
- Kepala DPKN Kantor Polisi Jawa Timur di Surabaya (1952).
- Kepala Bagian Reserse Kriminil Kantor Polisi Sumatera Utara (1956).
- Pendidikan Brimob Tahun 1959.
- Staf Direktorat II Mabes Kepolisian Negara (1960).
- Kepala Jawatan Imigrasi (1960-1965).
- Menteri Iuran Negara (1966-1967).
- Menteri Sekretaris Kabinet Inti tahun 1966.
- Deputi Operasi Pangak (1966).
- Deputi Men/Pangak Urusan Operasi 1966.
- Kepala Kepolisian Negara 1968 (tahun 1969 menjadi Kapolri).
- 2 Oktober 1971 dicopot dari jabatan kapolri, dan digantikan oleh Drs. Mohammad Hasan.
Beragam penghargaan yang di terimanya :
- Bintang Gerilya
- Bintang Dharma
- Bintang Bhayangkara I
- Bintang Kartika Eka Paksi I
- Bintang Jalasena I
- Bintang Swa Buana Paksa I
- Satya Lencana Sapta Marga
- Satya Lencana Perang Kemerdekaan (I dan II)
- Satya Lencana Peringatan Kemerdekaan
- Satya Lencana Prasetya Pancawarsa
- Satya Lencana Dasa Warsa
- Satya Lencana GOM I
- Satya Lencana Yana Utama
- Satya Lencana Penegak
- Satya Lencana Ksatria Tamtama.
Simak pula kisah keteladanan beliau di keteladanan si cungkring Hoegeng
Sumber
:
No comments:
Post a Comment